Sabtu, 17 September 2016

MAKALAH RASA RENDAH DIRI YANG KETERLALUAN DAPAT MENYULITKAN DIRI DALAM PERGAULAN

 
RASA RENDAH DIRI YANG KETERLALUAN DAPAT 
MENYULITKAN DIRI DALAM PERGAULAN


Logo uin raden fatah palembang full hd (uin bika)
TUGAS INDIVIDU TEORI BPI
Dosen Pembimbing: Drs. H. Aminullah CIK SOH.

Oleh:
SAYIDAH SYUFIYAH
NIM : 14520047
Kelas : BPI B


JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH PALEMBANG
2016




KATA PENGANTAR

Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam perkuliahan mata kuliah Teori BPI yang berjudul “Rasa Rendah Diri Yang Keterlaluan Dapat Menyulitkan Diri Dalam Pergaulan”.
Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga ke depannya dapat lebih baik.
Makalah ini penulis akui masih banyak kekurangan karena pengetahuan yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu, diharapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Wassalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh



Palembang, Juni 2016





DAFTAR ISI

COVER..............................................................................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................
A.    Latar Belakang........................................................................................................
B.     Rumusan Masalah....................................................................................................
C.     Tujuan Masalah........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................
a.       Pengertian Rendah Diri...........................................................................................
b.      Pengertian Pergaulan...............................................................................................
c.       Faktor-Faktor Yang Memicu Muncul Rasa Rendah Diri........................................
d.      Ciri-Ciri Individu Yang Mengalami Rasa Rendah Diri Yang Keterlaluan.............
e.       Cara Mengatasi Perasaan Rendah Diri....................................................................
f.       Rasa Rendah Diri Yang Keterlaluan Dapat Menyulitkan Diri Dalam Pergaulan....
BAB III PENUTUP..........................................................................................................
A.    Kesimpulan..............................................................................................................
Daftar Pustaka




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Manusia dalam kehidupannya selalu membutuhkan orang sebagai teman hidup, karena manusia tidak dapat hidup sendirian. Dalam menjalani kehidupannya manusia menempati lingkungan tertentu, sehingga manusia tersebut dapat melakukan peranannya dan dapat memenuhi kebutuhannya, yang menyebabkan manusia berbuat dan bertindak sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan pergaulan dengan orang lain, agar mencapai taraf tingkah laku yang baik dalam hidupnya. Setiap individu bereaksi atau berinteraksi satu dengan yang lainnya, baik kelompok maupun dalam masyarakat. Dengan adanya interaksi ini akan menyebabkan adanya pergaulan antar individu dalam kelompok ataupun dalam masyarakat.
Adapun rasa Rendah Diri adalah suatu penyakit.[1] Penyakit ini termasuk penyakit yang berbahaya dan suatu sikap yang merugikan diri pribadi kita. Banyak orang yang menderita penyakit ini, meliputi jutaan orang dan mungkin juga terjadi pada kita. Maka dalam makalah ini akan membahas lebih jelas mengenai “Rasa Rendah Diri Yang Keterlaluan Dapat Menyulitkan Diri Dalam Pergaulan”. 

B.     Rumusan Masalah
2.      Apa Pengertian Rendah Diri ?
3.      Apa Pengertian Pergaulan ?
4.      Apa Saja Faktor-Faktor Yang Memicu Muncul Rasa Rendah Diri ?
5.      Bagaimana Ciri-Ciri Individu Yang Mengalami Rasa Rendah Diri Yang Keterlaluan ?
6.      Bagaimana Cara Mengatasi Perasaan Rendah Diri Tersebut ?
7.      Mengapa Rasa Rendah Diri Yang Keterlaluan Dapat Menyulitkan Diri Dalam Pergaulan ?

C.    Tujuan
1.      Pengertian Rendah Diri.
2.      Apa Pengertian Pergaulan.
3.      Apa Saja Faktor-Faktor Yang Memicu Muncul Rasa Rendah Diri.
4.      Bagaimana Ciri-Ciri Individu Yang Mengalami Rasa Rendah Diri Yang Keterlaluan.
5.      Bagaimana Cara Mengatasi Perasaan Rendah Diri Tersebut.
6.      Mengapa Rasa Rendah Diri Yang Keterlaluan Dapat Menyulitkan Diri Dalam Pergaulan.



BAB II
PEMBAHASAN

1.1  PENGERTIAN RENDAH DIRI
Pengertian rendah diri adalah perasaan menganggap terlalu rendah pada diri sendiri. Orang yang menganggap diri sendiri terlalu rendah dikatakan rendah diri. Orang yang rendah diri berarti menganggap diri sendiri tidak mempunyai kemampuan yang berarti. Seperti dikatakan oleh Alder bahwa “rasa rendah diri berarti perasaan kuarng berharga yang timbul karena ketidakmampuan psikologis atau social maupun karena keadaan jasmani yang kurang sempurna.”[2] Alfred Adler (1870-1937), seorang psycholog dan pendiri dari The School of Individual Psychology menyebutnya sebagai “inferiority complex”, yang dia gambarkan sebagai merasa diri tidak berharga. [3]
Kata rendah diri (inferiority) memiliki konotasi makna dan rasa bahasa yang sangat negative. Kata rendah diri adalah sikap yang menunjukan ketidakmampuan seseorang untuk beraspresiasi atau kurang percaya diri. Rendah diri adalah sikap tanpa kemauan dan menunjukan gaya hidup yang pesimis, tidak mampu menatap/menyongsong masa depan. Rendah diri merupakan sikap pengabaian akan potensi besar yang ada dalam diri setiap manusia sebagai anugerah gratis dari Tuhan, Allah SWT. Rendah diri adalah simbol untuk sikap dan perilaku yang tidak mau berkembang dan maju, meningkat melesat. Sikap redah diri adalah wujud dari ketidak tahuan diri akan potensi dan kualitas diri. Orang yang rendah diri bisa dikatakan memiliki kelainan/penyakit secara psikologis. Berikut ini contoh orang yang mengalami rendah diri, sebagai berikut[4]  :
a.       Susi merasa dirinya paling bodoh karena nilai pelajaran Fisikanya mendapat nilai 5. Padahal, Susi mempunyai kelebihan, pandai pada pelajaran olahraga.
b.      Arman merasa dirinya anak yang paling miskin di kelas karena sepatu yang dipakainya paling jelek. Padahal, Arman punyai kelebihan, ia pandai bergaul.
Selain kata rendah diri, ada juga kata merendahkan diri atau rendah hati. Kata ini memiliki akar kata yang sama, yaitu kata rendah dan diri. perbedaanya menjadi sangat mencolok setelah kata ini diberikan tambahan yaitu awalan “me” dan akhiran “kan”. Tambahan awalan “me” dan akhiran  menjadikan kata ini bermakna lebih aktif dan positif bahkan sangat positif. Jika kata rendah diri lebih bersifat pasif, maka kata merendahkan diri lebih bermakna aktif, yaitu sikap yang tidak mau menunjukan, pamer (show off) kelebihan yang dimiliki.
Sikap rendah diri biasanya di dominasi oleh sikap malu yang berlebihan didominasi oleh rasa malas takut dan khawatir, rendah diri bisa disebut dengan minder. Sedangkan sikap merendahkan diri berinti pada rasa malu, takut, dan khawatir amal perbuatannya tidak diterima oleh Allah karena takut akan pujian yang bisa menghanyutkan diri dan terjebak pada perilaku sombong.[5]
Seorang yang merendahkan diri bisa masuk kemana saja, golongan mana saja, karena ia tidak memiliki beban moral melainkan ingin menunjukan sikap moral. Sedangkan rendah diri sungguh sangat menyulitkan seseorang untuk bergaul dan sehingga sulit masuk serta bersosialisasi kepada kelompok lain.  Rendah diri adalah sebuah sikap yang pendukung fanatisnya adalah rasa malas dan takut, sedang merendahkan diri merupakan sikap yang didukung penuh oleh rasa optimis dan berinti pada ilmu dan pengetahuan agama.

1.2  PENGERTIAN PERGAULAN
Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan pergaulan dengan orang lain, agar mencapai taraf tingkah laku yang baik dalam hidupnya. Setiap individu bereaksi atau berinteraksi satu dengan yang lainnya, baik kelompok maupun dalam masyarakat. Dengan adanya interaksi ini akan menyebabkan adanya pergaulan antar individu dalam kelompok ataupun dalam masyarakat. Dalam interaksi sosial ini terjadi proses pengaruh mempengaruhi, imitasi dan identifikasi, yang akhirnya akan terjadi perubahan sosial. Perubahan sosial yang tidak disertai dengan kesiapan diri dan peningkatan kehidupan spiritual menyebabkan mudah terjadinya pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan.
Dengan kebutuhannya terhadap orang lain maka manusia harus saling kenal mengenal agar dapat bergaul satu dengan yang lain seperti Firman Allah SWT :
Artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”(QS. Al-Hujurat[49] : 13).
Pergaulan merupakan suatu hubungan antara manusia yang tidak dapat dihindarkan akan tetapi pergaulan ini seringkali menimbulkan persoalan, sehingga justru menimbulkan kesulitan bagi orang yang bersangkutan. Pergaulan yang mengakibatkan timbulnya kesulitan, kurang membantu kelancaran hidup bahkan menimbulkan kegoncangan jiwa dan akan menghambat dan merugikan individu yang bersangkutan.
Menurut Simanjuntak, mengatakan bahwa “pergaulan yang dilakukan oleh manusia akan mengakibatkan timbulnya persamaan dan perbedaan kepentingan, kewajiban dan hak. Apabila hal ini tidak diatur akan timbul kekacauan dan kerusakan. Pada hakikatnya pergaulan manusia harus tertuju pada keamanan. Ketentraman dan keselamatan maka akan menimbulkan suatu pergaulan yang hampir meremehkan moral, yang dengan kata lain disebut pergaulan bebas.”[6]
Dalam hal ini masyarakat sedang mengalami perubahan sosial yang cepat akibat bertemunya berbagai kebudayaan dunia. Masyarakat Indonesia cenderung untuk mengikuti cara berpakaian, gaya hidup ataupun pergaulannya. Masyarakat sebagai lingkungan yang terluas bagi generasi muda dan sekaligus paling banyak menawarkan pilihan dari mulai gaya hidup, nilai-nilai dan perilaku yang sebelumnya telah tertanam dalam diri remaja.
Secara fenomenal kebudayaan dalam era globalisasi mengarah kepada nilai-nilai sekuler yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa keagamaan, khususnya dikalangan generasi muda. Meskipun dalam sisi-sisi tertentu kehidupan tradisi keagamaan tampak meningkat dalam kesemarakannya, namun dalam kehidupan masyarakat global yang cenderung sekuler akan ada pengaruhnya terhadap pertumbuhan jiwa keagamaan pada generasi muda.[7]
Dalam kehidupan masyarakat khususnya para generasi muda (remaja) selalu datang kebudayaan yang belum tentu positif pengaruhnya bagi kehidupan remaja. Remaja yang selektif akan mempelajari dan menerima kebudayaan yang baru untuk menambah wawasan bagi dirinya, dan sebaliknya remaja yang berkonsep diri negatif akan mudah terbawa arus sehingga akan terjerumus dalam kebudayaan yang merusak kepribadiannya dan remaja tersebut akan mengalami keguncangan jiwa yang menjerumus kearah kenakalan remaja atau pergaulan bebas yang tidak Islami.
Remaja dalam menghadapi tantangan hidupnya perlu mendapatkan perhatian semua pihak. Namun demikian sebagai remaja mereka harus menyadari bahwa masa depan mereka ada ditangan mereka sendiri. Masa depan banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, kebudayaan dan keluarga, akan tetapi faktor yang paling menentukan masa depan bagi remaja adalah remaja itu sendiri.[8]
Masalah yang dihadapi remaja sangat kompleks karena pertumbuhan fisik dan mentalnya. Remaja harus menyesuaikan dari terhadap tuntutan dirinya dan harapan lingkungan yang mengakibatkan adanya perubahan pada kepribadiannya oleh karena itu remaja terkadang merasa gelisah dan cemas. Lingkungan yang baru dan norma yang ada pada lingkungan sering dirasa sebagai suatu keadaan yang menghambat remaja di dalam menyatakan dirinya secara wajar. Kondisi remaja yang seperti ini mengakibatkan kegagalan dalam menyesuaikan diri dan pencapaian konsep diri yang mantap karena ketidakmampuan dirinya berperilaku sebagai remaja yang bertanggungjawab.[9]
Sikap dan pandangan individu terhadap seluruh keadaan dirinya merupakan pengertian konsep diri. Seseorang yang memiliki konsep diri yang baik akan mampu menghadapi tuntutan dari dalam diri maupun dari luar dirinya. Sebaliknya seseorang yang memiliki konsep diri negatif kurang mempunyai keyakinan diri, merasa kurang yakin dengan kepuasannya sendiri dan cenderung mengandalkan opini dari orang lain dalam memutuskan. Dan tiap orang memiliki konsep diri yang berbeda-beda, meskipun tidak ada yang orang yang betul-betul sepenuhnya berkonsep diri positif atau negatif.[10]
Konsep diri merupakan serangkaian pendapat individu mengenai dirinya. Seseorang yang memiliki konsep diri positif akan mampu menjalani kehidupannya berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist, akan tetapi remaja yang berkonsep diri negatif perilaku mereka tidak didasari oleh Al-Qur’an dan Hadist sehingga mereka cenderung mempunyai perilaku dan harapan yang rendah terhadap keberhasilannya.[11]

1.3  FAKTOR-FAKTOR YANG MEMICU MUNCUL RASA RENDAH DIRI
Perasaan rendah diri tidak timbul dengan sendirinya. Ada dua faktor yang dapat menyebabkan perasaan rendah diri. adapun faktor-faktor yang memicu munculnya rasa rendah diri, sebagai berikut[12] :
A.    Faktor Internal
Faktor ini yaitu penyebab yang berasal dari dalam diri individu sendiri, seperti cacat tubuh, kelemahan menguasai bidang study, dan susah berkomunikasi.
B.     Faktor Eksternal
Faktor ini yaitu penyebab yang berasal dari luar. Lingkungan sekitar kita juga dapat mempengaruhi terbentuknya sikap rendah diri. Faktor ekonomi keluarga yang lemah, perceraian orangtua, dan lingkungan keluarga yang tidak harmonis bisa memicu munculnya sikap rendah diri pada seseorang, seperti ekonomi orang tua lemah (tidak mampu), orang tua yang bercerai, dan keluarga sering cekcok. Kelemahan yang dimiliki oleh seseorang baik berasal dari luar maupun dari dalam dirinya dapat menimbulkan perasaan rendah diri.

1.4  CIRI-CIRI INDIVIDU YANG MENGALAMI RASA RENDAH DIRI YANG KETERLALUAN
Perasaan rendah diri secara tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Sikap rendah diri seseorang sebenarnya dapat merugikan dirinya sendiri. Orang yang merasa rendah diri dapat dilihat dari tingkah lakunya. Berikut ini tingkah laku yang kerap ditunjukkan seseorang yang selalu merendahkan dirinya sendiri[13] :
a.       Lebih senang menyendiri/selalu menyendiri dan menarik diri dari pergaulan/tidak suka bergaul. Seseorang yang merasa memiliki banyak kelemahan dan ketidakmampuan yang berarti biasanya akan menarik diri dari pergaulan.
b.      Ragu dalam bertindak. Seseorang yang merasa tidak memiliki kemampuan yang berarti akan selalu ragu dalam bertindak. Kondisi seperti ini tentu saja dapat merugikan diri sendiri.
Contoh :
Andhika merasa paling bodoh di kelas karena memperolah nilai pelajaran Bahasa Indonesia mendapat nilai 5. Sebenarnya, Andhika bukan anak yang bodoh. Ia mempunyai kelebihan dalam bidang menyanyi. Karena Andhika merasa paling bodoh dan tidak mempunyai kelebihan, pada saat diminta mengikuti lomba menyanyi Andhika menolak.
c.       Seseorang yang tidak yakin akan kemampuan yang dimilikinya akan selalu menghindar bila berada dalam kondisi yang berhubungan dengan kompetisi, misalnya lomba mengarang cerita, lomba cerdas cermat, atau lomba menggambar.
Contoh :
Vina menganggap dirinya anak yang paling miskin di kelas. Pada waktu istirahat tanpa sengaja Indah menginjak kaki Vina. Karena menganggap dirinya anak yang paling miskin maka Vina merasa diejek oleh Indah dan langsung marah. Padahal, indah tidak sengaja.

1.5  CARA MENGATASI PERASAAN RENDAH DIRI
Setiap oarang mempeunyai kelemahan dan kelebihan. Agar dapat terhindar dari perasaan rendah diri, siswa dapat memperhatikan hal-hal di bawah ini[14] :
1.      Sadari bahwa setiap manusia pasti memiliki kelemahan dan kelebihan. Terima kekurangan yang ada pada diri anda dengan lapang dada dan carilah kelebihan atau potensi lain yang anda miliki. Anda harus dapat menerima dan mengakui bahwa setiap manusia mempunyai kekurangan dan tidak ada manusia yang sempurna.
2.      Berpikir positif terhadap diri sendiri. Yakinlah bahwa anda lebih baik dari apa yang anda pikirkan. Carilah kelebihan yang anda miliki. Kelebihan atau potensi yang anda (individu) miliki dapat mempengaruhi diri sendiri. Kemudian kembangkan sehingga menjadi kecakapan yang nyata.
3.      Berikan afirmasi postif kepada diri anda untuk merangsang conscious mind (pikiran sadar) dan sub-conscious mind (pikiran bawah sadar) yang dapat meningkatkan keyakinan anda dalam melakukan tindakan.[15]
4.      Tingkatkan kepercayaan diri dengan bergaul di lingkungan orang-orang yang dapat menimbulkan sikap positif pada diri anda. Selain itu, bacalah buku-buku yang dapat memotivasi diri anda.
5.      Tentukan tujuan hidup anda, guna mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik.
6.      Jangan menganggap suatu kegagalan seperti akhir dari kehidupan. Bangkit dan jalani semuanya untuk hasil yang lebih baik lagi.
7.      Jika orang-orang dengan kedudukan atau jabatan tertentu membuatmu merasa kecil, rendah diri, dan tidak berharga, hindari untuk berhubungan dekat dengan mereka. Mengapa menempatkan diri sebagai bayangan mereka? Berhubunganlah dengan orang-orang yang mendekati standar anda dan mereka yang membuat anda merasa nyaman.
8.      Hargai diri sendiri, pengetahuan, kemampuan, martabat, dan konsep diri anda. Tolak keinginan untuk menjadi batu pijakan bagi orang lain. Bicaralah, dan katakan ketidak nyamanan anda, apa yang anda sukai, atau yang tidak disukai. Lakukan lagi dan lagi, dan dalam waktu yang tidak lama, ketakutan untuk berbicara dan merasa rendah diri akan hilang.
9.      Mencari sesuatu yang lebih tinggi itu adalah hal yang patut dilakukan, tapi lakukan itu hanya setelah anda mempersiapkan diri, dan tidak dengan cara mengurangi rasa percaya diri dan keyakinan diri.
10.  Jika kamu ingin menyingkirkan rasa rendah dirimu, tetaplah berada dalam batasan-batasan, dan jangan terlalu memaksakan diri. Cari tahu apa yang bisa kamu lakukan dengan sangat baik, kerjakan hal itu dengan tekun kemudian kembangkan setinggi-tingginya.
11.  Ketahuilah bahwa faktanya, kamu juga sebaik, semampu, dan sepenting atau bahkan lebih baik (tanpa harus merendahkan orang lain) dari orang-orang yang selalu berhubungan denganmu.
12.  Jika rasa rendah dirimu berasal dari perasaan yang terlalu sensitif atau terlalu mengkritik diri sendiri, itu mungkin disebabkan karena  kamu terlalu serius terhadap diri sendiri. Jangan berasumsi bahwa orang-orang akan selalu memikirkan dan membicarakanmu. Itu tidak benar. Singkirkan pemikiran-pemikiran seperti ini dan kebiasaan untuk selalu mengkritik diri sendiri akan lenyap.[16]
13.  Jika kamu merasa tidak disukai atau tidak dibutuhkan atau tidak diterima saat mencoba untuk berhubungan dengan orang-orang tertentu, itu mungkin karena mereka berharap terlalu banyak darimu. Mungkin kamu mengabaikan perasaanmu sendiri dan merasa sakit hati saat orang lain tidak menyadari hal itu.
14.  Jika kamu merasa sangat tidak menyukai apa yang kamu lakukan tapi tetap mencoba untuk melakukannya dengan setengah hati karena kamu takut untuk membuat perubahan, berarti kamu telah berbuat tidak adil terhadap diri sendiri dan orang lain. Lakukan perubahan yang diperlukan.
15.  Jika kamu menerima saja untuk selalu berada di “posisi kedua”; jika kamu selalu merasa tidak layak untuk mendapatkan apa yang sebenarnya berhak kamu dapatkan, maka, bagaimana mungkin orang lain akan mau menghargaimu? Kamu punya kemampuan yang hanya kamu dan cuma kamu saja yang bisa mengembangkan dan memanfaatkannya.

1.6  RASA RENDAH DIRI YANG KETERLALUAN DAPAT MENYULITKAN DIRI DALAM PERGAULAN
Kata rendah diri adalah sikap yang menunjukan ketidakmampuan seseorang untuk beraspresiasi atau kurang percaya diri. Rendah diri adalah sikap tanpa kemauan dan menunjukan gaya hidup yang pesimis, tidak mampu menatap/menyongsong masa depan. Rendah diri merupakan sikap pengabaian akan potensi besar yang ada dalam diri setiap manusia sebagai anugerah gratis dari Tuhan, Allah SWT. Rendah diri adalah simbol untuk sikap dan perilaku yang tidak mau berkembang dan maju, meningkat melesat. Sikap redah diri adalah wujud dari ketidaktahuan diri akan potensi dan kualitas diri.[17]
Adapun Sikap rendah diri biasanya di dominasi oleh sikap malu yang berlebihan didominasi oleh rasa malas takut dan khawatir, rendah diri bisa disebut dengan minder. Perasaan rendah diri secara tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Sikap rendah diri seseorang sebenarnya dapat merugikan dirinya sendiri. Orang yang merasa rendah diri dapat dilihat dari tingkah lakunya. Lingkungan yang baru dan norma yang ada pada lingkungan sering dirasa sebagai suatu keadaan yang menghambat individu didalam menyatakan dirinya secara wajar. Kondisi individu yang seperti ini mengakibatkan kegagalan dalam menyesuaikan diri dan pencapaian konsep diri yang mantap karena ketidakmampuan dirinya berperilaku sebagai individu yang bertanggungjawab.[18]
Sikap dan pandangan individu terhadap seluruh keadaan dirinya merupakan pengertian konsep diri. Seseorang yang memiliki konsep diri yang baik akan mampu menghadapi tuntutan dari dalam diri maupun dari luar dirinya. Sebaliknya seseorang yang memiliki konsep diri negatif kurang mempunyai keyakinan diri, merasa kurang yakin dengan kepuasannya sendiri dan cenderung mengandalkan opini dari orang lain dalam memutuskan. Dan tiap orang memiliki konsep diri yang berbeda-beda, meskipun tidak ada yang orang yang betul-betul sepenuhnya berkonsep diri positif atau negatif. Konsep diri merupakan serangkaian pendapat individu mengenai dirinya. Adapun penjelasan mengenai konsep diri dan sikap menurut beberapa ahli, sebagai berikut[19] :
A.    Konsep Diri
1.      Pengertian
Konsep diri menurut Hurlock merupakan “pengertian dan harapan seseorang mengenai bagaimana dirinya yang dicita-citakan dan bagaimana dirinya dalam realita yang sesungguhnya, baik secara fisik maupun psikologiknya.”[20] Konsep diri seseorang berkaitan dengan kepribadiannya. Apabila kepribadian seseorang dapat diamati dari perilakunya dalam berbagai situasi dari pola reaksinya maka konsep diri tidak langsung dapat diamati seperti halnya perilaku ekspresi seseorang, konsep diri terlihat dari pola reaksi seseorang dapat diamati dari reaksi yang tetap yang mendasari pola perilakunya.
Dalam makalah ini penulis menegaskan ada 2 macam konsep diri yaitu konsep diri positif dan negatif. Seperti orang yang memiliki pola perilaku optimis, tidak mudah menyerah dan selalu ingin mencoba pengalaman yang baru yang dianggap berguna, pola perilaku tersebut merupakan pencerminan konsep diri positif. Sebaliknya orang yang menganggap kurang mampu, takut menghadapi hal-hal yang baru dan takut tidak berhasil maka perihal tersebut merupakan pencerminan dari konsep diri negatif.
Menurut Argyle, faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri meliputi 4 faktor yaitu[21] :
1)      Reaksi dari orang lain. Konsep diri terbentuk dalam waktu yang lama dan pembentukan ini tidak dapat diartikan bahwa adanya reaksi yang tidak biasa dari seseorang akan dapat mengubah konsep diri. Namun demikian reaksi yang sangat sering terjadi atau bila reaksi muncul dari orang lain yang mempunyai arti yaitu orang-orang yang dinilai, seperti orang tua, teman dekat dan lain-lain, maka reaksi ini mungkin berpengaruh terhadap konsep diri.
2)      Perbandingan dengan orang lain. Konsep diri juga sangat tergantung dengan bagaimana cara individu membandingkan dengan orang lain. Individu biasanya lebih suka membandingkan dirinya dengan orang lain yang serupa dengan dirinya.
3)      Peranan seseorang, terutama orang itu mempunyai arti penting bagi individu dan dianggap individu seseorang itu mempunyai kuasa untuk mempengaruhi konsep diri seseorang.
4)      Identifikasi terhadap orang lain, individu memiliki harga diri yang tinggi biasanya memiliki orang tua yang juga memiliki harga diri yang tinggi. Biasanya salah satu cara bagaimana individu menerima peran kelompoknya di dalam mengembangkan konsep dirinya ialah dengan identifikasi terhadap orang tua yang berjenis kelamin sama.
2.      Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Konsep Diri
a)      Orang Lain
Harry Stack Sullivan menjelaskan bahwa “jika kita diterima orang lain, dihormati, disenangi karena keadaan kita, kita akan cenderung bersikap  menghormati dan menerima diri kita, bila orang lain selalu meremehkan kita, menyalahkan kita dan menolak kita, kita akan cenderung tidak akan menyenangi diri kita.”[22]
b)      Kelompok Rujukan (reference group)
Dalam pergaulan bermasyarakat, kita pasti menjadi anggota berbagai kelompok. Misalnya remaja masjid. Setiap kelompok mempunyai norma-norma tertentu yang berpengaruh pada emosional kita dan menjadi pembentuk konsep diri kita.[23]
3.      Konsep Diri Positif Dan Negatif
Setiap individu pasti memiliki konsep diri, baik konsep diri positif maupun konsep diri negatif. Dalam kenyataannya tidak ada individu yang sepenuhnya memiliki konsep diri yang positif atau sepenuhnya negatif. Seperti menurut Hamachek, memberikan karakteristik individu yang memiliki konsep diri positif antara lain[24] :
1)      Konsep Diri Positif 
Hamachek, memberikan karakteristik individu yang memiliki konsep diri positif antara lain :
a)      Ia meyakini betul nilai-nilai dan prinsip-prinsip tertentu serta bersedia mempertahankannya walaupun menghadapi pendapat kelompok yang kuat.
b)      Mampu bertindak berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa bersalah yang berlebihan atau menyesali tindakannya jika orang lain tidak setuju dengan tindakannya.
c)      Tidak menghabiskan waktu untuk hal yang tidak perlu.
d)     Merasa sama dengan orang lain.
e)      Memiliki keyakinan pada kemampuannya untuk mengatasi persoalannya.
f)       Sanggup menerima dirinya sebagai orang yang penting  dan bernilai bagi orang lain.
g)      Dapat menerima pujian tanpa pura-pura rendah hati.
h)      Cenderung menolak usaha orang lain untuk mendominasinya.
i)        Sanggup mengaku pada orang lain bahwa ia mampu merasakan berbagai dorongan dan keinginan.
j)        Mampu menikmati dirinya secara utuh, dalam berbagai kegiatan meliputi pekerjaan, permainan, ungkapan diri yang kreatif, persahabatan atau sekedar mengisi waktu.
Menurut William D. Brooks dan Philip Emmert individu yang memiliki konsep diri positif ditandai dengan lima hal, yaitu[25] :
a)      Ia yakin akan kemampuannya mengatasi masalah.
b)      Ia merasa setara dengan orang lain.
c)      Ia menerima pujian tanpa rasa malu.
d)     Ia menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak sepenuhnya disetujui masyarakat.
e)      Ia mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenangi dan berusaha mengubahnya.
Ciri khas individu yang berkonsep diri positif adalah pengetahuan tentang dirinya sendiri  yang luas dan bervariasi, harapan-harapan yang realistik dan harga diri yang tinggi. Individu yang berkonsep diri positif juga mempunyai pengetahuan yang seksama tentang dirinya sendiri dan ini menjadikan individu mempunyai penerimaan diri.[26]
Individu yang berkonsep diri positif menetapkan tujuan-tujuannya secara masuk akal. Dia dapat mengukur kemampuannya secara objektif dalam meraih tujuan yang hendak dicapainya. Individu berkonsep diri positif mempunyai kemampuan mentalnya, hal ini menyebabkan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri sebagaimana adanya. Individu yang berkonsep diri positif akan mampu untuk bertindak mandiri, mampu bertanggung jawab, merasa bangga akan prestasi yang dicapainya dan mampu mempengaruhi orang lain. Terdapat dalam firman Allah SWT :
Artinya : “Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang saleh Karena memakan makanan yang Telah mereka makan dahulu, apabila mereka bertakwa serta beriman, dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, Kemudian mereka tetap bertakwa dan beriman, Kemudian mereka (tetap juga) bertakwa dan berbuat kebajikan. dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”(Al-Maaidah[5]:93).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri positif akan membawa kepribadian yang mantap, penerimaan diri sebagai seseorang yang sama berharga dengan orang lain, memberi kepuasan dalam kehidupannya dengan dunia sekitarnya tanpa harus menimbulkan gangguan mentalnya.
2)      Konsep Diri Negatif
Menurut William D. Brooks dan Philip Emmert ada lima tanda individu yang memiliki konsep diri negatif, yaitu[27] :
a)      Ia peka pada kritik. Orang ini sangat tidak tahan kritik yang diterimanya, dan mudah marah dan naik pitam.
b)      Orang yang memiliki konsep diri negatif, responsif sekali terhadap pujian, ia tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima pujian.
c)      Memiliki sikap hiperkritis terhadap orang lain. Ia selalu mengeluh, mencela atau meremehkan apapun dan siapapun. Mereka tidak mampu mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebihan orang lain.
d)     Cenderung merasa tidak disenangi orang lain. Ia merasa tidak diperhatikan, dan ia bereaksi pada orang lain sebagai musuh sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban persahabatan.
e)      Bersikap pesimis terhadap kompetisi seperti ia enggan untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Ia menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya.
Ciri khas individu yang berkonsep diri negatif adalah ketidakakuratan pengetahuan tentang dirinya sendiri. Harapan-harapan yang tidak masuk akal dan harga diri yang rendah menyebabkan remaja kurang percaya diri akan kemampuannya. Individu yang mempunyai pemahaman atau pengetahuan yang kurang atau sedikit tentang dirinya, ia tidak sungguh-sungguh mengetahui siapa dia, apa kelebihan dan kekurangannya. Bagi individu yang berkonsep diri negatif, evaluasi diri yang dimilikinya juga meliputi penilaian yang negatif terhadap dirinya. Individu merasa tidak pernah cukup, baik dengan apa yang dirasakannya dan selalu membandingkan apa yang akan dicapai dengan yang dicapai orang lain. Seperti Firman Allah :
Artinya : “(apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.”(Az-Zumar[39] :9).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri negatif akan cenderung membuat individu bersikap tidak efektif, ini akan terlihat dari kemampuan interpersonal dan penguasaan lingkungan dalam masyarakat.

B.     Sikap
1.      Pengertian
Sikap atau attitude adalah kecenderungan untuk memberikan penilaian (menerima atau menolak) terhadap objek yang dihadapi. Pergaulan bebas adalah pergaulan yang tidak mengenal batas norma dan adat yang ada di lingkungannya. Sikap dikatakan sebagai respon evaluatif. Respons hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi yang dinyatakan sebagai sikap tersebut, timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik- buruk, positif-negatif,  menyenangkan-tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap obyek sikap.[28]
Menurut Ajzen dan Fishbein, mengemukakan sikap merupakan “perasaan yang mendalam seseorang terhadap suatu objek sikap, perasaan tersebut dapat positif maupun negatif.” Sedangkan Trurstone mengatakan “suatu tingkatan perasaan, baik yang mendukung atau favorabel, atau yang tidak mendukung atau unfavorabel terhadap objek sikap tersebut.”[29] Menurut W. A Gerungan berpendapat bahwa “attitude dapat diterjemahkan dengan kata sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap mana disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek.”[30] Jadi, attitude lebih tepat diartikan sebagai sikap dan kesediaan bereaksi terhadap sesuatu hal.
Sikap menurut Louis Thurstone, Rensis Linkert, Charles Osgood adalah “suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.” Menurut Berkowitz, “sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorabel) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorabel) pada objek tersebut.”[31] Pengertian lain mengenai sikap dikemukakan oleh Secord dan Backman sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya. Terdapat dalam firman Allah SWT :
Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu Telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, Maka dia akan menerangkan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.” (Al-Maaidah[5]:105).
Menurut Cacioppo dan petty bahwa “sikap merupakan evaluasi atau penilaian seseorang terhadap objek sikap yang tercermin dalam suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju, mendukung atau tidak mendukung sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap tersebut.”
2.      Struktur Sikap
Dari strukturnya sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang, yaitu[32] :
1)      Komponen Kognitif (cognitive)
Komponen kognitif berisi persepsi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.
Mann menjelaskan komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan dan stereotype yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen kognitif ini dapat disamakan dengan pandangan (opini), terutama apabila menyangkut masalah isu, atau problem yang kontroversal.”[33] Krech dkk, menyatakan “komponen kognitif terbentuk dari pengetahuan atau kepercayaan yang dimiliki seseorang terhadap objek sikap, pengetahuan tersebut diperoleh dari informasi mengenai objek sikap, dan informasi ini dapat melalui pengalaman pribadi atau didapat dari orang lain, dari pengetahuan ini terbentuk keyakinan seseorang mengenai objek sikap.”[34]

2)      Komponen Afektif
Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Mann berpendapat bahwa komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan perasaan menyangkut masalah emosional. Komponen afektif  merupakan emosional subjektif seseorang terhadap objek sikap yang berkaitan dengan perasaan seseorang mendukung  tidak mendukung, atau suka tidak suka terhadap suatu objek sikap.”
3)      Komponen Konatif
Komponen konatif atau konsep perilaku dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Pengertian kecenderungan berperilaku menunjukkan bahwa komponen konatif meliputi bentuk perilaku yang tidak hanya dapat dilihat secara langsung saja, akan tetapi meliputi pula bentuk-bentuk perilaku yang berupa pernyataan atau perkataan yang diucapkan seseorang.” Brigham dan Azwar, menyebut sebagai behavior component yaitu kecenderungan untuk berperilaku yang ada dalam diri seseorang yang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapi. Dengan demikian komponen konatif ini adalah kecenderungan seseorang untuk bertindak, yaitu menjauhi, atau mendekati terhadap suatu objek sikap.”
3.      Ciri-ciri Sikap, yaitu[35] :
1)      Sikap tidak dibawa sejak lahir, karena sikap didapat melalui proses belajar dan pengalaman.
2)      Sikap selalu berhubungan dengan objek yang dipersepsi oleh individu.
3)      Sikap melibatkan perasaan dan motivasi.
4)      Sikap dapat berlangsung sebentar, tetapi dapat menetap, tergantung kuat tidaknya keyakinan seseorang terhadap objek sikap tersebut.
4.      Faktor-faktor Dalam Pembentukan Dan Perubahan Sikap
1)      Faktor-faktor Pembentukan Sikap[36] :
a)      Pengalaman Pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat, karena sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan emosi. Penghayatan akan pengalaman akan lebih mudah mendalam dan lebih lama berbekas. Middlebrook menyatakan bahwa “tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut.”[37]
b)      Pengaruh Orang Lain Yang Dianggap Penting
Middlebrook “pada masa anak-anak dan remaja, orang tua biasanya menjadi figure yang paling berarti bagi anak. Interaksi antara anak dan orang tua merupakan determinan utama sikap anak. Sikap orang tua dan sikap anak cenderung untuk selalu sama sepanjang hidup.”[38] Dengan demikian dari keluarga pula seseorang memperoleh norma-norma dasar dan sikap-sikap pertama.
c)      Pengaruh Kebudayaan
B. F. Skinner menekankan “pengaruh lingkungan termasuk kebudayaan dapat membentuk pribadi seseorang. Kepribadian tidak lain dari pada perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan, ganjaran) yang kita alami.”[39]
d)     Media Massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti TV, radio, surat kabar, majalah dan sebagainya, mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang lain. Gerungan berpendapat bahwa media massa berpengaruh besar dalam membentuk dan merubah sikap. Radio, TV, surat kabar, majalah dan sebagainya relatif mudah membentuk sikap orang banyak.
e)      Lembaga Pendidikan Dan Lembaga Agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap karena keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman antara baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan sistem kepercayaan maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal.
f)       Pengaruh Faktor Emosional
Suatu bentuk sikap kadang-kadang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan tahan lama.
2)      Faktor-faktor Perubahan Sikap[40] :
Kelman menyebutkan secara khusus tentang proses yang mempengaruhi perubahan sikap adalah:
a)      Kesediaan, dimana individu bersedia menerima pengaruh dari orang lain atau dari kelompok lain untuk memperoleh reaksi atau tanggapan positif dari orang lain.
b)      Proses identifikasi, terjadi apabila individu meniru perilaku atau sikap seseorang dikarenakan sikap tersebut sesuai yang dipilihnya.
c)      Proses imitasi, dimana proses ini terjadi apabila individu menerima pengaruh dan bersedia bersikap menurut pengaruh dari luar karena sikap tersebut sesuai dengan nilai yang dianutnya.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluatif atau reaksi perasaan seseorang terhadap objek adalah mendukung (favorable) atau tidak mendukung (unfavorable). Dapat dikatakan juga bahwa sikap merupakan suatu kesiapan mental dalam suatu tingkah laku yang dinyatakan langsung maupun tidak langsung. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sikap adalah faktor dari dalam dan faktor dari luar. Adapun proses perubahan dan pembentukan sikap adalah kesediaan, proses identifikasi serta proses internalisasi. Sikap juga merupakan kecenderungan untuk bertingkah laku terhadap suatu objek, objek sikap berupa orang, benda atau situasi tertentu.[41]
Adapun rasa rendah diri yang keterlaluan dapat menyulitkan diri dalam pergaulan karena rasa rendah diri yang terlalu menyulitkan diri sendiri bisa berakibat fatal terhadap psikologis kejiwaan individu tersebut dan bisa juga dapat mengakibatkan individu selalu berpandangan negatif ketika berhadapan dengan masyarakat banyak. Dan sikap atau rasa rendah diri ini juga akan menyulitkan individu khususnya remaja yang mengalami rasa rendah diri yang berlebihan dapat menyulitkan diri dalam pergaulan dengan teman-temannya.[42]
Karena Pergaulan merupakan suatu hubungan antara manusia yang tidak dapat dihindarkan akan tetapi pergaulan ini seringkali menimbulkan persoalan, sehingga justru menimbulkan kesulitan bagi orang yang bersangkutan. Pergaulan yang mengakibatkan timbulnya kesulitan, kurang membantu kelancaran hidup bahkan menimbulkan kegoncangan jiwa dan akan menghambat dan merugikan individu yang bersangkutan.
Dalam hal ini masyarakat sedang mengalami perubahan sosial yang cepat akibat bertemunya berbagai kebudayaan dunia. Masyarakat Indonesia cenderung untuk mengikuti cara berpakaian, gaya hidup ataupun pergaulannya. Masyarakat sebagai lingkungan yang terluas bagi generasi muda dan sekaligus paling banyak menawarkan pilihan dari mulai gaya hidup, nilai-nilai dan perilaku yang sebelumnya telah tertanam dalam diri remaja.
Secara fenomenal kebudayaan dalam era globalisasi mengarah kepada nilai-nilai sekuler yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa keagamaan, khususnya dikalangan generasi muda. Meskipun dalam sisi-sisi tertentu kehidupan tradisi keagamaan tampak meningkat dalam kesemarakannya, namun dalam kehidupan masyarakat global yang cenderung sekuler akan ada pengaruhnya terhadap pertumbuhan jiwa keagamaan pada generasi muda.
Dalam hal ini konselor harus mempunyai konsep diri positif,  karena yang dimaksud dengan konselor adalah orang yang mempunyai kewenangan dalam memberikan konselor. Konselor yang berkonsep diri positif akan mampu memfilter mana yang baik dan buruk bagi dirinya dan mampu membimbing individu yang mempunyai konsep diri negatif.[43] Konselor membimbing individu yang berkonsep diri negatif untuk menerima kekurangan dan kelebihannya, karena manusia diciptakan oleh Allah SWT, tidak ada yang sempurna. Karena manusia selalu minta pertolongan kepada Allah. Konselor membantu individu yang berkonsep diri negatif untuk menemukan kelebihannya, sehingga individu yang berkonsep diri negatif akan lebih positif dalam menjalani hidupnya dan mampu untuk lebih selektif dalam berteman atau bergaul.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Rendah diri adalah perasaan menganggap terlalu rendah pada diri sendiri. Orang yang menganggap diri sendiri terlalu rendah dikatakan rendah diri. Orang yang rendah diri berarti menganggap diri sendiri tidak mempunyai kemampuan yang berarti. Adapun rasa rendah diri yang keterlaluan dapat menyulitkan diri dalam pergaulan karena rasa rendah diri yang terlalu menyulitkan diri sendiri bisa berakibat fatal terhadap psikologis kejiwaan individu tersebut dan bisa juga dapat mengakibatkan individu selalu berpandangan negatif ketika berhadapan dengan masyarakat banyak. Dan sikap atau rasa rendah diri ini juga akan menyulitkan individu khususnya remaja yang mengalami rasa rendah diri yang berlebihan dapat menyulitkan diri dalam pergaulan dengan teman-temannya.[44]
Karena Pergaulan merupakan suatu hubungan antara manusia yang tidak dapat dihindarkan akan tetapi pergaulan ini seringkali menimbulkan persoalan, sehingga justru menimbulkan kesulitan bagi orang yang bersangkutan. Pergaulan yang mengakibatkan timbulnya kesulitan, kurang membantu kelancaran hidup bahkan menimbulkan kegoncangan jiwa dan akan menghambat dan merugikan individu yang bersangkutan.
Dalam hal ini konselor harus mempunyai konsep diri positif,  karena yang dimaksud dengan konselor adalah orang yang mempunyai kewenangan dalam memberikan konselor. Konselor yang berkonsep diri positif akan mampu memfilter mana yang baik dan buruk bagi dirinya dan mampu membimbing individu yang mempunyai konsep diri negatif.[45] Konselor membimbing individu yang berkonsep diri negatif untuk menerima kekurangan dan kelebihannya, karena manusia diciptakan oleh Allah SWT, tidak ada yang sempurna. Karena manusia selalu minta pertolongan kepada Allah. Konselor membantu individu yang berkonsep diri negatif untuk menemukan kelebihannya, sehingga individu yang berkonsep diri negatif akan lebih positif dalam menjalani hidupnya dan mampu untuk lebih selektif dalam berteman atau bergaul.



DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Umum. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddin. 1988. Sikap Manusia ; Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset.
Elizabeth, Hurlock B. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Elizabeth, Hurlock B. 1999. Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan). Jakarta : Erlangga.
Syamsudin. 1988. Bimbingan dan Konseling Kelompok, Yogyakarta: UD. Rama.
Sujanto dkk, Agus. 1984. Psikologi Kepribadian. Jakarta : Bumi Akasara.
W. A. Gerungan. 1983. Psikologi Sosial. Bandung : PT. Eresco.




        [1]Saifuddin Azwar. Sikap Manusia ; Teori dan Pengukurannya. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset, 1988), Hlm. 65-66.
[2] Ibid.,
[3] Ibid.,
[5]Log. Cit.,
[6] Log. Cit.,
[7] Log. Cit.,
[8] Log. Cit.,
[9] Log. Cit.,
[10] Log. Cit.,
[11] Log. Cit.,
[12] Log. Cit.,
[14] Log. Cit.,
[15] Log. Cit.,
[16] Log. Cit.,
[17] Log. Cit.,
[18] Log. Cit.,
[19] Log. Cit.,
[20]Hurlock B. Elizabeth. Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan). Jakarta : Erlangga, 1999), Hlm. 285.
[21] Ibid.,
[22] Ibid.,
[23] Ibid.,
[24] Gerungan, W. A. Psikologi Sosial. (Bandung : PT. Eresco, 1983), Hlm. 47.
[25] Op. Cit.,
[26] Op. Cit.,
[27] Op. Cit.,
[28] Op. Cit.,
[29] Op. Cit.,
[30] Op. Cit.,
[31] Op. Cit.,
[32] Op. Cit.,
[33] Op. Cit.,
[34] Op. Cit.,
[35] Op. Cit.,
[36] Op. Cit.,
[37] Op. Cit.,
[38] Op. Cit.,
[39] Op. Cit.,
[40] Op. Cit.,
[41] Op. Cit.,
[42] Op. Cit.,
[43] Op. Cit.,
[44] Op. Cit.,
[45] Op. Cit.,

CONTOH SOAL DAN JAWABAN

  PAR   Isu Dan Fokus Masalah : r   Kondisi masyarakat yang begitu beragam. r   Kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkunga...