Sabtu, 17 September 2016

Kepibadian Menurut Gordon W. Allport

 jan 1, 1968 - GORDON ALLPORT (1954) LA NATURALEZA DEL PREJUICIO Y su  clásica definición de la psicología social como el intento de comprender y  explicar cómo los pensamientos, sentimientos y comportamientos

 MAKALAH

 

KATA PENGANTAR

 Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh 

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam perkuliahan mata kuliah Psikologi Kepribadian yang berjudul “Psikologi Kepribadian Menurut Gordon W. Allport”. Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga ke depannya dapat lebih baik. Makalah ini penulis akui masih banyak kekurangan karena pengetahuan yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu, diharapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. 

Wassalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh 

 Palembang, Juni 2016 

 

 

DAFTAR ISI 

COVER 

KATA PENGANTAR 

DAFTAR ISI 

BAB I PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang Masalah 

B. Rumusan Masalah 

C. Tujuan 

BAB II PEMBAHASAN 

1.1 Biografi Gordon W. Allport 

1.2 Struktur dan Dinamika Kepibadian Menurut Gordon W. Allport 

1.3 Pengertian Kepribadian, Watak dan Tempramen 

1.4 Sifat (Traits) 

1.5 Propium dan Pembentukan Kepribadian Individu 

BAB III PENUTUP 

A. Kesimpulan 

B. Saran-saran 

Daftar Pustaka 

 

 

 BAB I PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang Masalah 

Gordon Willard Allport lahir pada 11 November 1897 di Montezuma, Indiana. Dia adalah anak bungsu dari empat bersaudara. Ibunya, Nellie Wise Allport adalah seorang guru dan ayahnya, John E. Allport adalah seorang pengusaha yang kemudian memutuskan untuk menjadi seorang dokter. Ibu Allport sangat taat terhadap agamanya sehingga ajaran tersebut diterapkan terhadap kehidupan rumah tangganya. Oleh karena itu, Allport menghabiskan masa kecil yang dipenuhi perjuangan untuk mendapat perhatian dari beberapa teman yang dimilikinya, karena dia jarang diijinkan bermain dengan saudaranya yang rentang usianya terpaut jauh dengannya. Allport mengaku pada dasarnya dia bukanlah orang yang memiliki antusiasme dan rasa ingin tahu yang tinggi, Allport sangat tergantung pada orang lain dan kurang memiliki inspirasi. Namun dia memiliki kemampuan yang baik dengan kata-kata, meskipun dia tidak terbilang mahir dalam bidang olahraga. Pada tahun 1915, Allport lulus dengan peringkat kedua di kelasnya dan mendapatkan beasiswa di Univertsitas Harvard. Setelah mendapatkan A. 

B. Sarjana Filsafat dan Ekonomi dari Harvard pada tahun 1919

Allport melakukan perjalanan ke Istanbul, Turki untuk mengajar filsafat dan ekonomi. Setelah satu tahun mengajar, ia kembali ke Harvard untuk menyelesaikan studinya. Allport meraih gelar Ph. D. Psikologi pada tahun 1922. Dalam sebuah esai berjudul ‘Pattern and Growth in Personality’, Gordon Allport menceritakan pengalamannya bertemu Psikiater Sigmund Freud. Saat menemui Freud pertama kalinya, Allport disambut oleh keheningan. Freud tidak menyapa dan tidak berbicara sepatah kata pun, sampai akhirnya Allport membuka pembicaraan dengan menceritakan apa yang dilihatnya dalam perjalanan menuju kediaman Freud. “Aku melihat seorang anak kecil di angkutan umum yang sangat takut badannya menjadi kotor, dia berganti-ganti tempat duduk, bahkan meminta pada ibunya jangan mengijinkan orang yang badannya kotor untuk duduk di sebelahnya”. Freud balik bertanya “Apakah anak kecil itu kamu ?”. 

Peristiwa ini benar-benar tidak terlupakan oleh Allport, yang membuatnya yakin bahwa sudah saatnya ilmu psikologi tidak lagi hanya menekuni terlalu dalam dengan pengalaman masa lampau (alam bawah sadar), tapi mulai mengeksplorasi alam kesadaran dan motivasi-motivasi yang ada di dalamnya. 


B. Rumusan Masalah 

1. Bagaimana Biografi Gordon W. Allport ? 

2. Apa Arti Dari Kepribadian Menurut Allport ? 

3. Apa Saja Tipe-Tipe Kepribadian Menurut Teori Allport ? 

4. Ciri-Ciri Apa Saja Yang Termuat Dalam Pendapat Allport ? 

5. Sifat-Sifat Apa Saja Yang Dimiliki Dalam Teori Allport ? 

6. Apa Kelemahan Dan Kelebihan Dari Teori Allport? 

7. Apa Kaitan Atau Hubungan Kepribadian Dari Teori Allport ? 

 

C. Tujuan 

1. Untuk Mengetahui Biografi Gordon W. Allport. 

2. Untuk Mengetahui Kepribadian Menurut Allport. 

3. Untuk Mengetahui Tipe-Tipe Kepribadian Menurut Teori Allport. 

4. Untuk Mengetahui Ciri-Ciri Teori Kepribadian Menurut Allport. 

5. Untuk Mengetahui Sifat-Sifat Yang Dimiliki Dalam Teori Allport. 

6. Untuk Mengetahui Kelemahan Dan Kelebihan Dari Teori Allport. 

7. Untuk Mengetahui Kaitan Atau Hubungan Kepribadian Dari Teori Allport. 

 

 

 BAB II PEMBAHASAN 

 1.1 Biografi Gordon W. Allport Gordon Willard 

Allport lahir pada 11 November 1897 lahir di Montezuna, Indiana, dari pasangan John E. Allport dan Nellie Wise Allport sebagai anak bungsu dari 4 bersaudara. Awalnya ayahnya adalah seorang pengusaha, namun ketika Allport lahir beliau beralih pekerjaan dibidang obat-obatan (medis). Ibunya seorang guru dan merupakan protestan yang alim. Ketika Allport berumur 6 tahun, keluarganya telah berpindah sebanyak tiga kali dan akhirnya menetap di Cleveland, Ohio. Allport kecil mengembangkan ketertarikannya pada Philosophi dan pertanyaan keagamaan yang banyak memberikan kesempatan untuk berkata-kata. Dia menggambarkan dirinya sebagai sosial “terpisah” yang menggunakan lingkaran aktivitasnya sendiri. 

Allport sering mengulang sebuah cerita dalam biografinya. Saat berusia 22 tahun, dia pergi ke Wina. Dia berencana bertemu dengan Sigmund Freud. Dia menceritakan beberapa pengamatan yang telah ia lakukan sebelum bertemu Freud. Dia bercerita tentang seorang anak laki-laki yang duduk di atas bus dengan gelisah, karena dia duduk di bangku yang sebelumnya diduduki oleh seorang pengemis dekil. Gordon W. Allport menganggap hal ini sama dengan ajaran ibunya untuk selalu menjaga kebersihan. Sigmund Freud bukannya menanggapi pengamatan yang dilakukan Gordon W. Allport ini, tapi malah melihat cerita ini seagai ekspresi dari proses yang lebih dalam dan berasal dari alam bawah sadar Gordon. Freud langsung berkomentar, “Dan anak kecil itu kamu sendiri, bukan?”. Pengalaman ini menyadarkannya bahwa psikologi ala Freud kadang-kadang menggali terlalu dalam, sementara behaviorisme kadang-kadang malah tidak menggali apa-apa. Dia juga menyatakan bahwa dia adalah anak yang lebih memiliki kemampuan dalam merangkai kata daripada olahraga ataupun bermain dengan rekan sebaya. Ia menyelesaikan pelajaran undergraduate-nya di Universitas Harvard pada saat kakaknya, Floyd, menjadi mahasiswa tingkat sarjana (graduate) dalam psikologi pada universitas yang sama. Setelah mendapat gelar sarjana muda pada tahun 1919 dengan mayor ekonomi dan filsafat. Allport selama satu tahun mengajar sosiologi dan bahasa Inggris pada Robert College di Istanbul. Kemudian ia kembali ke Harvard dan menyelesaikan Ph. D-nya dalam bidang psikologi pada tahun 1922. Selama 2 tahun berikutnya (tahun 1922-1924) ia belajar di Berlin, Hamburg, dan Cambridge (Inggris). Pengalaman yang luas di luar negeri ini berperanan dalam mengembangkan perhatiannya yang besar terhadap soal-soal internasional dan hal ini nyata sekali dalam kegiatan-kegiatan Allport selama 30 tahun terakhir. Hal tersebut jugalah yang menyebabkan Allport selama satu decade atau lebih menjadi salah seorang juru tafsir utama psikologi Jerman di Amerika. 

Sekembalinya dari Eropa, ia menerima jabatan sebagai instruktur pada Department of Social Ethick di Universits Harvard. Jadi, disini tampaknya terdapat kontinuitas antara mengajarnya yang pertama di Amerika dengan perhatian Allport yang tetap terhadap masalah-masalah yang mengandung implikasi social etis. Sesudah dua tahun, ia menerima jabatan lector psikologi di Darmouth College, tetapi diundang supaya kembali ke Harvard pada tahun 1930, dimana ia tinggal sampai kematiannya pada tanggal 9 Oktober 1967. Dia meninggal di Cambridge Massachusetts tahun 1967. Sebulan menjelang ulang tahunnya yag ke-70. Setahun sebelum kematiannya. Ia diangkat menjadi Professor Richard Cabot dalam bidang Etika Sosial yang pertama. Allport adalah salah seorang diantara tokoh-tokoh utama dalam gerakan internasional yang mendorong pembentukan Department of Social Relations di Universitas Harvard, dalam rangka mewujudkan integrasi secara sebagian antara psikologi, sosiaologi, dan antropologi. Bagi Allport, Psikologi harus lebih menaruh perhatian kepada kesadaran atau motivasi yang terlihat. Allport mendapatkan penghargaan dalam bidang psikologi, yaitu : “American Psychological Foundation’s Gold Medali,” “The American Psychological Association’s Distinguished Scientific Contribution Award”, dan “The Presidencis of the American Psychological Assosiation and The Society for the Psychological of Sosial Issues”. 

Teori-Teori Allport, Secara umum teori Allport memberi definisi yang positif terhadap manusia, teori Allport itu telah membantu manusia untuk melihat diri sendiri sebagai mahkluk yang baik dan penuh harapan. Hal tersebut terlihat dari teorinya, yaitu ”gambaran kodrat manusia adalah positif, penuh harapan dan menyanjung-nyanjung”. Memandang satu pribadi positif dan apa adanya merupakan salah satu definisi pribadi sehat, inilah kelebihan dan kekuasan dari teori Allport. Kepribadian manusia menurut Allport adalah organisasi yang dinamis dari system psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik atau khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kemudian Allport juga berpendapat bahwa kepribadian yang neurotis dan kepribadian yang sehat merupakan hal yang mutlak terpisah. Namun dalam hal ini tang menjadi kelebihan Allport adalah tentang antisipasi, Dalam teori Allport antisipasi adalah penting untuk menentukan siapa dan apakah kita ini, dalam membentuk identitas diri kita. Dalam teori Allport juga memandang bahwa kesehatan psikologis adalah melihat ke depan, tidak melihat ke belakang, dapat dikatakan bahwa seluruh teori yang dikemukakan oleh Allport ini sangat bertentangan dengan teori-teori yang dikemukakan oleh Freud. 

1.2 Struktur dan Dinamika Kepibadian Menurut Gordon W. Allport 

A. Definisi Kepribadian Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam seseorang yang terdiri dari sistem-sistem psikofisis yang menentukan keunikan penyesuaian dirinya dengan lingkungan. Dua hal yang menjadi tekanan utama adalah kepribadian merupakan sesuatu yang berkembang dan unsur-unsurnya saling terkait. Dalam pencarian definisi kepribadiannya Alllport dengan hati-hati menyadari istilah karakter dan temperamen. Karakter (watak) adalah segi kepribadian yang dinilai. Seseorang sering dinilai memiliki karakter baik atau buruk. Sedangkan Temperamen adalah disposisi yang erat kaitannya dengan faktor biologis atau fisik. Dalam hal ini hereditas memainkan peranan penting dan bersama intelegensi dan fisik membentik kepribadian. 

B. Sifat-sifat dan Disposisi-disposisi Personal Sifat adalah Kecenderungan untuk berespons dengan cara tertentu ; tendensi neuropsikis. Sifat bukanlah bentukan konsep abstrak lewat sebuah pengamatan melainkan kenyataan objektif. Selain itu sifat juga bukanlah sekedar eksistensi nominal. Ada 2 pembedaan sifat sebagai berikut : 

1. Sifat umum : ciri-ciri (sifat) yang terdapat pada banyak orang. 

2. Disposisi Personal : keunikan-kekhususan (sifat) pada individu Contoh : Dalam sebuah kelompok ada 20 orang menunjukkan sifat keagresifan (common trait). Tapi kita tidak bisa mengatakan 20 orang itu menunjukkan/mewujudkan keagresifannya lewat jalan yang sama. Mungkin ada yang asertif dan kompetitif, sarkastic dan bermusuhan, dan mungkin lewat kekerasan fisik. Personal deposisi dapat disebut sebagai sub kategori atau jalan khusus sifat terwujud. Sifat tidak hanya membimbing suatu tingkah laku tapi juga memulai tingkah laku dan dalam beberapa hal memerankan peran memotivasi yang penting. Contoh : Seseorang yang punya sifat ramah/suka bergaul, tidak suka duduk sendiri di rumah menunggu orang lain menghubunginya. Dia akan mencari teman-temannya. Akan tetapi sebuah sifat tidak pernah sebagai motivator murni tingkah laku beberapa dorongan baik internal maupun eksternal yang mendahului tindakan. Contoh : Jika seseorang suka pergi ke disko, secara umum dia orang yang suka bergaul tapi ada tingkah laku khusus bahwa dia suka mendengarkan musik. 

C. Disposisi Pokok, Disposisi Sentral dan Disposisi Sekunder a. Disposisi Pokok :Sesuatu yang begitu umum sehingga dapat ditemukan pada setiap individu. Contoh : Orang Narcistik adalah orang yang memberikan perhatian kuat dan terus-menerus pada kebutuhan dan ketertarukannya. 

b. Disposisi Sentral : Kecenderungan karakter yang kuat (khas) pada seseorang. Contoh: Mungkin kita menggambarkan karya Shakespeare (Hamlet) introspektif, obsesif, melankolis, dramatik. 

c. Disposisi Sekunder : Berfungsi terbatas, kurang menentukan dalam deskripsi kepribadian dan lebih terpusat pad respon yang disesuaikannya. Contoh: Seseorang yang menyenangkan, mungkin meledak marah ketika seseorang menghina kelompoknya. Dua kekhususan teori Allport adalah penolakannya pada masa lalu yang mengambil bagian penting dalam motivasi dan ketegasannya dalam proses kognitif seperti intensi, perencanaan pada motivasi orang dewasa. Apa yang dilakukan oleh individu adalah kunci petunjuk yang penting tentang bagaimana orang bertingkah laku sekarang. Allport mencari ke masa depan apa yang diharapkan oleh individu. Sikap eclectis Allport nyata sekali dalam banyak konsepsi (pengertian) yang diterimanya sebagi suatu yang berguna untuk memahami tingkah laku manusia. Allport berpendapat bahwa masing-masing pengertian seperti refleks bersyarat (conditioned reflex), kebiasaan (habit), sikap (attitude), sifat (trait), diri (self) dan kepribadian (personality), itu kesemuanya masing-masing adalah bermanfaat. Tetapi walaupun semua pengertian diatas diterima dan dianggap penting, namun tekanan utama diletakkan-nya pada sifat-sifat (traits), sedangkan disamping itu sikap (attitudes) dan intensi (intensions) diberinya kedudukan yang kira-kira sama sehingga ada yang menamakan psychology Allport itu adalah “Trait Psychology”. Tentang trait itu terlebih dahulu marilah kita pelajari dulu definisi kepribadian menurut Gordon Allport. 

1.3 Pengertian Kepribadian

Watak dan Tempramen Sebelum Allport mengemukakan tentang definisi kepribadian individu, masyarakat publik telah mengenal puluhan definisi yang dikemukakan oleh ahli-ahli di bidang masing-masing. Allport kemudian menghimpun definisi-definisi tersebut dan menggolong-golongkannya sesuai dengan etimologi (sejarah pengertiannya), sesuai dengan arti teologis, filosofis, sosiologis, sesuai dengan hubungan lahiriahnya, dan berdasarkan pada arti psikologis. Berbagai definisi yang berhasil dihimpunnya itu kemudian dijadikannya sebagai dasar berpikir guna merumuskan definisi kepribadiannya. 

A. Definisi Kepribadian Menurut Allport 

Semula Allport memberikan definisi kepribadian dengan sangat singkat. Ia menyatakan bahwa kepribadian didefinisikan untuk mengakomodasi tentang fakta manusia menrut pemikirannya. What a man really is. Menurut Allport kepribadian didefinisikan sebagai suatu organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psychophysis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan dirinya terhadap sekitar. Digunakannya istilah organisasi dinamis dalam definisi menurut Allport tersebut tercetus oleh realitas bahwa kepribadian selalu berkembang dan berubah dari waktu ke waktu meskipun padanya terdapat komponen yang mengikat dan menghubungkan berbagai komponen dari kepribadian itu sendiri. Kepribadian bukanlah suatu mental yang sifatnya eksklusif semata-mata, melainkan semua komponen yang menyusun kepribadian adalah satu kesatuan yang melingkupi tubuh dan jiwa seseorang. Untuk menyatakan hal ini Allport menggunakan istilah psychophysical. Dalam referensi lain, penggunaan istilah “Khas” dalam batasan Allport itu memiliki arti bahwa setiap individu bertingkah laku dalam caranya sendiri karena setiap individu memiliki kapribadiannya sendiri. Tidak ada dua orang yang berkepribadian sama, dan karenanya tidak akan ada dua orang pun yang bertingkah laku sama. 

B. Watak (Character) 

Walaupun istilah kepribadian dan watak sering kali digunakan secara bertukar-tukar, namun Allport menunjukkan bahwa basanya kata watak menunjukkan arti normatif, serta menyatakan bahwa watak adalah pengertian etis dan Allport juga menyatakan bahwa “Character is personality evaluated, and personalityis character devaluated”, yang artinya watak adalah kepribadian yang dinilai, dan kepribadian adalah watak tak dinilai. Ia menunjukkan bahwa watak pada umumnya menuunjukkan arti normatif. Dengan demikian, kata watak akan lebih tepat dipergunakan untuk menyatakan hal-hal perbuatan yang bersifat etis. Dari uraian ini jelas adanya perbedaan antara watak dan kepribadian. Maka, kekeliruan yang sering terjadi selama ini telah diluruskan dan semoga tidak terulang lagi. 

C. Temprament 

Pengertian temprament dan kepribadian juga sering dikacaukan. Namun sebenarnya umum mengakui adanya perbedaan diantara keduanya. Temprament adalah disposisi yang sangat erata hubungannnya denfgan faktor-faktor bilogis atau fisiologis dan karenanya sedikit sekali mengalami modifikasi perkembangan. Peranan keturunan disini lebih penting atau besar daripada segi-segi kepribadian yang lain. Bagi Allport temprament adalah bagian khusus dari kepribadin yang diberikannya definisi sebagai berikut : Tempramet adalah segala karakteristik daripada sifat emosi individu, termasuk mudak tidaknya terkena rangsangan emosi, kekuatan serta kecepatannya bereaksi, kwalitet kekuatan suasana hatinya, dan segala cara dari fluktuasi dan intensitet suasana hati, gelajala ini tergantng kepada faktor konstitusioal, dan karenanya terutama berasal dari keturunan. 

1.4 Sifat (Traits) 

1. Sifat (Trait) Di dalam kepribadian terdapat sifat dasar yakni : (Nyata, Berkembang, Fleksibel, Empirik dan Kemandirian yang relatif). Nah dari 5 sifat dasar ini, terdapat sifat umum dan sifat khusus yang berkembang pada tiap-tipa sifat dasar. 

2. Traits-Habit-Atitud Dalam struktur ini, dinyatakan bahwa kepribadian dapat dibentuk karena sifat dasar, kebiasaan, sikap dalam menghadapi sesuatu, dan kategori nomotetik. 

3. Trait dan Konsistensi Pribadi Stuktur ini mengarah pada praktikum stimulus-respon. dia membagi atas 3 trait di dalamnya. yaitu (gregorius; suka berteman), (shyness; pemalu) dan (self-esteem; kepercayaan diri). 

4. Propium Propium adalah struktur yang membahas tentang perkembangan baik itu dalam emosi, kecakapan individu, kemampuan persepsi dan tujuan hidup seseorang. Perkembangannya sama dengan perkembangan sigmund freud, ia membaginya dalam 5 tahap yaitu Oral, Anal, Phalic, Laten dan Genital. 

5. Motivasi Kekuatan dari stuktur notivasi dalam pribadi menurut Gordon allport berbeda dengan yang lain, dimana ia mengatakan bahwa yang paling menunjang dala motivasi ialah kemampuan kognitif dan perencanaan hidup. Dari dua hal itu, ia mampu membentuk motivasi dalam dirinya karena ia telah memiliki kemampuan kognitif dan perencanaan. 

6. Otonomi Fungsional Otonomi 

fungsional adalah struktur yang membahas tentang keanekaragaman pribadi. Yang disebut dengan keanekaragaman pribadi yang dibagi dalam dua tingkat otonomi yaitu : Kebiasaan dan Minat. Kebiasaan adalah struktur yang terbentuk dari keterikatan lingkungan kita. Misalnya jika kita tinggal di lingkungan yang banyak pemain bola, maka kita akan ikut juga untuk bermain bola, sedangkan Minat adalah stuktur yang terbentuk dari kesadaran akan target yang kita inginkan. Traits ini berfungsi untuk mengintegrasikan kebiasaan, sikap, dan keterampilan kepada pola-pola berpikir, merasa dan bertindak. Sementara konsep diri berfungsi untuk mengintegrasikan kapasitas-kapasitas psikologis dan prakarsa-prakarsa kegiatan. Traits dapat diartikan sebagai aspek atau dimensi kepribadian yang terkait dengan karakteristik respon atau reaksi seseoorang yang relatif konsisten dalam rangka menyesuaikan dirinya secara khas. Diartikan juga sebagai kecenderungan yang dipelajari untuk mereaksi rangsangan dari lingkungan. Deskripsi ini menggambarkan bahwa traits merupakan kecenderungan-kecenderungan yang dipelajari untuk (a) mengevaluasi situasi, dan (b) mereaksi situasi dengan cara-cara tertentu. Sifat yang melekat pada diri individu tak lepas dari pengamatan Allport dalam penyelidikan psikologi. Bahkan, dari hasil pengamatan atau penyelidikannya, akhirnya Allport berhasil menyusun suatu definisi tentang sifat yang melekat pada individu-indivdu. Menurutnya, sifat adalah sistem neurophysis yang digeneralisasikan dan diarahkan dengan kemampuan untuk menghadapi macam-macam perangsang secara sama. Sifat berperan penting dalam memulai dan membimbing tingkah laku adaptif serta ekspresi secara sama. Hal penting yang perlu diketahui berkaitan denga sifat bahwa kecennderungan tidak hanya terikat kepada sejumlah kecil perangsang atau reaksi, tetapi oleh adanya keseluruhan pribadi individu yang bersangkutan. Sementara yang dimaksud dengan sistem neurophysis oleh Allport untuk mempertegas bahwa traits benar-benar ada pada diri setiap individu. Hal itu ditekankan oleh Allport karena dalam kalangan masyarakat beredar pro dan kontra tentang pendapat yang menyatakan bahwa traist memang benar-benar ada pada diri individu dan menentukan kepribadiannya. 

 1.5 Propium dan Pembentukan Kepribadian Individu 

Pada pembicaraan masalah kepribadian individu tidak dapat dilepaskan dengan masalah fungsi Ego (Self). Allport mengemukakan pendapatnya dalam penggunaan istilah self untuk emnyyatakan ego sebaiknya diganti dengan istilah Propium (propiate function). Tujuannya tidak lain dan tidak bukan yaotu untuk menghindarkan dari kekaburan dan arti kusus mengenai istilah tersebut. Allport mengemukakan istilah propium guna mencakup hal-hal kesadaran jasmani, self-identity, self-esteem, self extention, rational, thingking, self image, propiators-triving, dan fungsi mengenal. Perkembangan Proprium menurut Allport mengemukakan bahwa semua fungsi diri atau fungsi ego yang telah dijelaskan disebut dengan fungsi proprium dari kepribadian. Fungsi-fungsi ini termasuk perasaan jasmaniah, identitas diri, harga diri, perluasan diri, rasa keakuan, pemikiran rasional, gambaran diri, usaha proprium, gaya kognitif dan fungsi mengenal. Semuanya merupakan bagian yang sebenarnya dan vital dari kepribadian. Fungsi-fungsi tersebut sama-sama memiliki suatu arti fenomenal dan “ makna penting”. Fungsi-fungsi itu bersama disebut sebagai proprium. Proprium itu tidak dibawa sejak lahir, melainkan berkembang karena usia. Allport menunjukkan tujuh aspek dalam perkembangan proprium atau ke-diri-sendiri-an (self hood). Selama 3 tahun pertama, tiga aspek muncul, yakni : rasa diri jasmaniah, rasa identitas-diri berkesinambungan dan harga-diri atau rasa bangga. Antara usia 4 sampai 6 tahun, dua aspek lainnya muncul, yakni : perluasan diri (the extension of self), dan gambaran diri. Suatu waktu antara usia 6 dan 12 tahun, anak mengembangkan kesadaran-diri sehingga ia dapat menanggulangi masalah-masalahnya dan akal pikiran. Selama masa remaja, munculah intensi-intesi, tujuan-tujuan jangka panjang, dan cita-cita yang masih jauh. Aspek-aspek ini disebut usaha proprium. Dengan penjelasan seperti dia atas, Allport ingin menghindari pendapat yang mengundang pertanyaan dari banyak teoritikus yang menyatakan bahwa diri atau ego itu serupa manusia mikro (homunculus) atau “manusia yang berada di dalam dada” yang melakukan tugas mengorganisasikan, memegang kendali dan menjalankan sistem kepribadian. Ia mengakui pentingnya semua fungsi psikologis yang bersumber pada diri dan ego, namun ia berusaha keras menghindari teori yang memandang diri dan ego sebagai pelaku atau penggerak kepribadian. Bagi allport, diri dan ego dapat digunakan sebagai kata sifat untuk menunjukkan fungsi-fungsi proprium di dalam seluruh bidang kepribadian. Propium keberadaanya dalam diri individu tidak dibawa semenjak dilahirkan ke dunia, tetapi berkembang seiring dengan perkembangan individu dalam kehidupan. Propium dinilai penting perannya dalam pembentukan kepribadian setiap individu karena disinilah letaknya akar ketetapan yang memutuskan suatu sikap, intensi, dan segala perubahan yang menuju pembentukan kepribadian individu. Dengan demikian, propium merupakan suatu hal yang vital bagi penentuan kepribadian setiap individu. Itulah sebabnya Allport menanggap penting hal ini dan tidak terlepas dari penyelidikan-penyelidikan psikologi seputar kepribadian manusia yang pernah dilakukannya. 

a. Perkembangan Kepribadian Self 

Self merupakan satu-satunya sepribadian yang sebenarnya. Dengan kata lain self dibentuk melalui deferiensiasi medan fenomena dan melalui introjeksi nilai-nilai orang tertentu serta dari distorsi pengalaman. Self bersifat integral dan konsisten. Pengalaman yang tidak sesuai dengan struktur self dianggap ancaman dan self dapat berubah sebagai akibat kematangan biologic dan belajar. Konsep self menggambarkan konsepsi mengenai dirinya sendiri, ciri-ciri cerdas, menyenangkan, jujur, baik hati dan menarik. 

b. Peranan Positif Regards 

Dalam hidupnya, manusia selalu mempunyai perasaan dan kebutuhan untuk dicintai, disukai dan diterima oleh orang lain.dan oleh karena itu self akan berkembang secara utuh-keseluruhan, menyentuh semua bagian-bagian jika tercapai. Ciri Orang yang Berfungsi Sepenuhnya : 

1) Keterbukaan Terhadap Pengalaman (openness to experience), adalah salah satu dari lima wilayah utama kepribadian yang ditemukan oleh para psikolog. Keterbukaan aktif melibatkan imajinasi, estetika sensitivitas, perhatian terhadap perasaan batin, preferensi untuk berbagai, dan keingintahuan intelektual. Sebagian besar psikometrik penelitian telah menunjukkan bahwa kualitas ini secara statistik berkorelasi. Dengan demikian, keterbukaan dapat dipandang sebagai ciri kepribadian global yang terdiri dari satu set ciri-ciri khusus, kebiasaan, dan kecenderungan yang berkumpul. 

2) Hidup Menjadi (existential living), sebagian didasarkan pada eksistensial keyakinan bahwa manusia sendirian di dunia. Perasaan kesendirian ini menyebabkan perasaan letak bermaknaan yang dapat diatasi hanya dengan orang itu sendiri menciptakan nilai-nilai dan makna. Ini menunjukkan bahwa dalam membuat pilihan-pilihan kita sendiri kita menerima tanggung jawab penuh atas hasil dan menyalahkan siapa pun kecuali diri kita sendiri jika hasilnya kurang dari apa yang diinginkan. 

3) Keyakinan Organismik (organismic trusting), Mempercayai seseorang pikiran dan perasaan sebagai akurat. Lakukan apa yang datang secara alami. 

4) Pengalaman Kebebasan (experiental freedom), untuk mengakui kebebasan seseorang dan bertanggung jawab atas tindakan sendiri. 

5) Kreativitas (creativity), full partisipasi di dunia, termasuk memberikan kontribusi bagi kehidupan orang lain. 

 c. Otonomi Fungsional 

Otonomi fungsional memandang motivasi dewasa bermacam-macam, sistem self sustaining, pertumbuhan sistem antecedent, tapi secara fungsional tak terkait. Otonomi fungsional juga pendorong dan pembentukan perilaku masa kini dan lepas lepas dari masa lalu. Apa yang dilakukannya semata-mata dikhususkan begitu saja demi tujuan berbeda dari semula. Contoh: Seorang pemburu tetap saja kan memburu meskipun tidak ada nilai instrumentalnya (semata-mata senang berburu). 

1) Perseverative Otonomi Fungsional : meliputi bentuk-bentuk kecanduan,mekanisme sirkular, perbuatan yang diulang-ulang atau secara rutin. Orang dewasa yang sehat ditandai dengan serangkaian sifat yang teratur dan kongruen yang berfungsi sebagaian besar secara rasional dan sadar. Maka untuk memahami orang dewasa maka harus memahami maksud dan aspirasi mereka. Contoh : Tindakan seorang anak yang mengoceh berulang-ulang, tugas yang belum selesai mendapat interupsi dan cenderung diingat dari pada tugas yang selesai.

2) Propriate Otonomi Fungsional : meliputi minat-minat yang dipelajari, nilai-nilai, sentimen-sentimen, motif-motif pokok, disposisi pribadi, gambaran diri dan gaya hidup. Manusia selalu dalam proeses untuk menjadi lebih integral dan daya penyatiu yang paling penting adalah propriate function, dimana usaha mengejar tujuan yang membentuk kepribadian. Contoh: Seseorang yang ingin menjadi dokter bukanlah merupakan sifat bawaan atau karena diperlukan tapi belajar untuk hidup. 

d. Perkembangan Kepribadian 

Allport melihat bahwa anak yang baru lahir sebagai seorang ciptaan keturunan, hanya memiliki dorongan primitif, dan tingkah laku reflek ,tidak memiliki kepribadian tapi memiliki potensi yang akan terpenuhi atau terbentuk pada saat pertumbahan dan pematangannya. Dalam Perkembangan Proprium Allport membagi dalam beberapa tahap sebagai berikut :

1) Bayi : Allport melihat bahwa anak yang baru lahir sebagai seorang ciptaan keturunan, hanya memiliki dorongan primitif, dan tingkah laku reflek, tidak memiliki kepribadian tapi memiliki potensi yang akan terpenuhi atau terbentuk pada saat pertumbahan dan pematangannya. Dan bayi tidak memiliki kepribadian. 

2) 0-3 tahun : Pembanguanan keadaran diri : sense of bodily self (enak tidak enak), perasaan identitas diri berkelanjutan kesadaran sebagai subjek yang berkembang. Dalam hal ini bahasa menjadi faktor yang penting. Harga diri atau kebanggaan sebagai periode terakhir dimana anak ingin melakukan sesuatu, membuatnya terwujud, dan mengontrol dunianya. 

3) 4-6 tahun : Perluasan diri dan gambaran diri. Dalam perluasan diri, perasaan keterhubungan dengan orang-orang dan hal-hal yang penting dalam lingkungannya. Relasi anak dan lingkungan tempat dia tumbuh terhubung sangat penting. Muncul perasaan lingkuangan tersebut adalah bagian dirinya. Gambaran diri; terkait dengan penanaman-penanaman nilai, tangung jawab moral, intensi, tujuan dan pengetahuan diri yang akan berperan mencolok dalam kepribbadiannya kelak. 

4) 6-12 tahun : Kesadaran diri. Pengenalan kemampunan diri mengatasi persoalan-persoalan dengan alasan dan gagasan karena anak bergerak dari lingkungan keluarga ke masyarakat.

5) Remaja : Propriate striving, pembanguanan tujuan dan rencana ke depan: intensi-intensi, long-range purposes,distant goals. Persoalan utama berkaitan dengan identitas, ”apakah saya seorang anak atau dewasa?” 

6) Kedewasaan : Menurut Allport, faktor utama tingkah lalu orang dewasa yang matang adalah sifat-sifat yang terorganisir dan selaras yang mendorong dan membimbing tingkah laku menurut prinsip otonomi fungsional. 

 e. Kualitas Kepribadian Yang Matang 

Menurut Gordon W. Allport Kualitas kepribadian yang matang menurut Allport sebagai berikut : 

1. Ekstensi sense of self. Kemampuan berpartisipasi dan menikmati kegiatan dalam jangkauan yang luas. Contoh : Terlibat dalam kegiatan masyarakat (senat, karang taruna, partai politik, dll). Kemampuan diri dan minat-minatnya denga orang lain beserta minat mereka. Contoh : Saya yang punya minat dalam olah raga juga mengenali minat orang lain yang sama atau pun berbeda. Kemampuan merencanakan masa depan (harapan dan rencana). Contoh : Keinginan jadi dokter, membuat perencanaan strudi dan membayangkan apa yang mau dilakuakn setelah jadi dokter. 

2. Hubungan hangat/akrab dengan orang lain Kapasitas intimacy (hubungan kasih dengan keluarga dan teman) dan compassion (pengungkapan hubungan yang penuh hormat dan menghargai dengan setiap orang). 

3. Penerimaan diri Kemampuan untuk mengatasi reaksi berlebih hal-hal yang menyinggung dorongan khusus (misal : mengolah dorongan seks) dan menghadapi rasa frustasi, kontrol diri, presan proporsional. 

4. Pandangan-pandangan realistis, keahlian dan penugasan Kemampuan memandang orang lain, objek, dan situasi. Kapasitas dan minat dalam penyelesaian masalah, memiliki keahlian dalam penyelesain tugas yang dipilih, mengatasi pelbagai persoalan tanpa panik, mengasihani diri, atau tingkah laku lain yang merusak. 

5. Objektifikasi diri : insight dan humor Kemampuan diri untuk objektif dan memahami tentang diri dan orang lain. Humor tidak sekedar menikmati dan tertawa tapi juga mampu menghubungkan secara positif pada saat yang sama pada keganjilan dan absurditas diri dan orang lain. 

6. Filsafat Hidup Ada latar belakang yang mendasari semua yang dikerjakannya yang memberikan tujuan dan arti. Contohnya lewat agama. Untuk memahami orang dewasa kita membutuhkan gambaran tujuan dan aspirasinya. Tidak semua orang dewasa memiliki kedewasaan yang matang. Bisa saja seseorang melakukan sesuatu hal tanpa tahu apa yang ia lakukan. Adapun Kepribadian sehat, yakni kriteria kepribadian sehat menurut Allport : 

1. Perluasan perasaan diri. 

2. Hubungan diri yang hangat dengan orang lain. 

3. Persepsi atau pandangan realistis. 

4. Keamanan emosional. 

5. Keterampilan dan tugas–tugas. 

6. Pemahaman diri. 

7. Filsafat hidup yang mempersatukan.

f. Beberapa catatan mengenai Teori Allport Kritik teori Allport : 

Kelebihan : 1) Tidak terpacu pada masa lalu. 2) Memandang manusia sebagai manusia yang unik. 3) Melakukan penyelidikan kualitatif dan mengutamakan dorongan sadar. 4) Pemikirannya yang teliti dan sistematis sehingga dapat mempersatukan gagasan dari beberapa tokoh. 

Kekurangan : Kekurangan Allport pada persamaan formal sehingga tidak memadai untuk banyak penelitian, gagal menunjukkan konsep pokok yaitu fungsi otonomi, mengasumsikan adanya diskontinuitas antara hewan-manusia, masa kanak-kanak dan dewasa, normal dan abnormal, menekankan keunikan kepribadian, memberikan perhatian yang terlalu sedikit pada pengaruh sosial, dan faktor situasioanal, serta menggambarkan manusia pada gambaran terlalu positif. 

 

 

 BAB III PENUTUP 

A. Kesimpulan 

Allport adalah salah satu teoritikus yang benar tentang banyak hal dan mampu melampaui zamannya. Teorinya adalah salah satu teori humanistik paling awal dan berpengaruh besar pada teoritikus-teoritikus besar lainnya. Namun kelemahan teorinya adalah penggunaan kata sifat yang menyebabkan tidak diterimanya dia di kalangan behavioris, yang memang tidak mau mengkaji apa pengertian dasar yang diberikan Allport pada kata ini. Tapi itulah kelemahan psikologi secara umun dan terutama psikologi kepribadian, mengabaikan masa lalu, teori dan penelitian-penelitian orang lain. 

B. Saran-saran 

Adapun makalah ini penulis sadari adalah kurang dari kata sempurna, jadi sangat diharapkan adanya masukan berupa saran dan kritik agar tulisan ini menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat.   

 

 

DAFTAR PUSTAKA 

Boeree, George. 2005. Personality Theories. Jogjakarta : Prismasophie. 

Koswara, E. 1991. Teori-Teori Kepribadian. Bandung : PT. Eresco. 

Prawira, Purwa Atmaja. 2013. Psikologi Kepribadian. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media. 

Sujanto, Agus, dkk. 1997. Psikologi Kepribadian. Jakarta : Bumi Askara. 

Yusuf, Syamsul, dkk. 2008. Teori Kepribadian. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 

http://ahmadhatimi.blogspot.co.id/2013/06/teori-kepribadian-menurut-teori-allport.html http://ahsanun-naim.blogspot.co.id/2014/03/teori-psikologi-kepribadian-gordon-w.html http://dianapsycho.blogspot.co.id/2012/03/teori-kepribadian-gordon-w-allport.html http://en.wikipedia.org/wiki/Gordon_Allport 

http://maifitriunifa.blogspot.co.id/2015/01/kepribadian-menurut-teori-allport.html http://12106sr.blogspot.co.id/2013/05/tokoh-psikologi-kepribadian-gordon.html http://www.kompasiana.com/fnuryakin/biografi-gordon-allport_54f7a76da33311991d8b46ad http://www.psychologymania.com/2010/03/gordon-allport-tokoh-psikologi.html


CONTOH SOAL DAN JAWABAN

  PAR   Isu Dan Fokus Masalah : r   Kondisi masyarakat yang begitu beragam. r   Kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkunga...